Ada sebuah buku kuno yang pertama kali memuat informasi tentang awal mula penampakan ikan koi di Jepang. Buku itu berjudul “Nouka no Fukugyouteki youri-hou” terjemahan bebasnya kurang lebih “Mengembangkan Koi sebagai Bisnis Sampingan Di Daerah Pertanian” . Buku dengan tulisan kanji ini ditulis oleh Hidekane Koshida, yang diterbitkan oleh Asosiasi Pertanian Prefektur Nigata.
Asal Muasal munculnya ikan koi adalah ketika kala itu di Jepang ditemukan ikan mas dengan warna merah dan putih atau mereka menyebutnya ‘Sarasa” yaitu pada era antara Bunka dan Bonse(1804 ~ 1829) ke periode Tenpou (1830 ~ 1843)
Menurut buku tersebut, perkembangan ikan Koi pada garis besarnya adalah sebagai berikut :
- Pada awalnya, tidak hanya Magoi (ikan mas hitam) yang diternakkan oleh petani di sana sebagai ikan konsumsi, tetapi ada juga beberapa jenis Higoi (ikan mas kemerahan) dan Shirogoi (ikan mas putih) yang sedang dikembangkan.
- Setelah itu muncul Koi putih dengan bercak2 warna di bagian perut sebagai hasil persilangan antara Higoi dan Shirogoi.
- Kemudian dihasilkan juga Koi putih dengan bercak warna di bagian penutup insang Mereka menyebutnya “Houaka” (pipi merah) atau “Sutton.”
- Perkembangan budidaya koi semakin pesat selama periode zaman kekaisaran ‘Tenpou’, yaitu dengan munculnya koi “Zukin-kaburi” yaitu koi putih dengan bercak warna merah di setengah dahi), “Men-kaburi” (koi putih dengan pola warna merah di seluruh kepala), dan ” Kuchibeni ”(koi putih dengan tanda merah di bibir).
- Hasil perkawinan silang antar koi terus berlanjut hingga menghasilkan “Sarasa” (koi putih dengan warna merah di bagian punggung .
Itulah sekadar infomasi munculnya koi ‘Sarasa’ yang ditulis oleh Koshida. Entah apa dasar teorinya bahwa koi putih dengan bercak warna merah diproduksi dari hasil kawin silang antara Higoi dan Shirogoi. Padahal sesungguhnya, penampakan warna merah pada bagian perut persis sama dengan proses munculnya warna merah pada Narumi Asagi.
Kohaku dan Ki Utsuri di era Taisho
Koi putih dengan pola warna merah telah diketahui sejak awal abad ke-19, atau boleh saja dikatakan bahwa ada beberapa ikan koi yang lahir pada abad ke-18. Apakah koi dengan nama “Houaka” dan “Sutton” berasal dari waktu itu, Koshida juga tidak mengetahuinya.
Ketika ikan Koi semakin populer di Jepang kala itu, maka jumlah pembudidaya koi juga semakin meningkat pesat. Beberapa koi yang harganya mahal mulai muncul di pasaran sekitar tahun 1875 di era Meiji (1868 -1912). Oleh sebab itu, awal Industrialisasi ikan mas berwarna dapat dikaitkan dengan era Meiji ini.
Pada tahun 1889, masih di era Meiji, Koi Sarasa kemudian dikenal dengan Kohaku dengan pola dan warna yang lebih baik. Yang paling terkenal adalah “Gosuke Sarasa” yang dikembangkan oleh Kunizou Hiroi dengan nama farm Utogi-no-Gosuke) dari desa Higashiyama.
“Gosuke Sarasa” yang belakangan dikenal dengan ‘Gosuke Kohaku’ sangat unggul. Selama era Meiji, beberapa blood line (garis keturunan) yang sangat baik dihasilkan oleh Tarokichi Hiroi dari farm Utogi-no-Eisuke)
Ki Utsuri juga sudah terlihat di era Meiji. Eizaburou Hoshino menghasilkan garis produktif yang melimpah pada tahun 1921 dan garis menjadi jenis koi yang tetap. Ki Utsuri pernah dikatakan lebih mahal daripada emas.
Selama era Taisho, Asazou Takano dari Gennojou di Takezawa, dan selama era Showa, Genji Hoshino dari Tomoin di Takezawa menghasilkan banyak Kohaku yang indah.
Itu adalah kebetulan bahwa Heitarou Satou dari Heiemon di Uragara menghasilkan Sanke. Kemudian, Eizaburou Hoshino memperoleh koi dan menambahkannya ke orang tua koi-nya. Dari persimpangan ini, berbagai koi berwarna tiga yang luar biasa dihasilkan. Dia menamai mereka Taisho Sanshoku.
Pada tahun 1914 yaitu pada era Taisho, para pembudidaya koi di daerah penghasil utama yaitu di desa Higashi Yamamura dan Takezawa, berdiskusi dan menampilkan 23 koi pilihan dengan nama “kawarigoi” untuk ditampilkan pada sebuah acara pameran koi. Pada acara itu juga hadir putra mahkota mengamati dengan sangat antusias. Sejak saat itu, popularitas koi sebagai ikan hias semakin popular secara nasional.
Tahun berikutnya, beberapa pedagang koi datang dari Kyoto dan banyak transaksi jual beli dengan harga yang melonjak tinggi. Masyarakat setempat akhirnya yakin bahwa pertanian koi bisa menjadi bisnis yang menjanjikan.
Selama era Taisho, Asazou Takano dari Gennojou di Takezawa, dan selama era Showa, Genji Hoshino dari Tomoin di Takezawa menghasilkan banyak Kohaku yang baik kualitasnya.
Suatu kebetulan bahwa Heitarou Satou dari Heiemon di Uragara menghasilkan varitas Sanke. Kemudian, Eizaburou Hoshino mengembangkan lebih lanjut dan dari hasil persilangan diperoleh koi dengan 3 warna , yaitu merah putih dan hitam yang kemudian diberi nama Taisho Sanshoku (Sanke).
Ki Utsuri sesungguhnya sudah terlihat di era Meiji. Eizaburou Hoshino kemudian menghasilkan koi yang melimpah pada tahun 1921 dengan andalannya koi jenis Ki Utsuri . Kala itu pernah dikatakan bahwa Ki Utsuri lebih mahal daripada emas.
Pada tahun 1924 pada era Taisho 13, Kazuo Minemura dari Mushigame, desa Outa berhasil dalam memproduksi Shiro Utsuri. Tahun berikutnya banyak dihasilkan Shiro Utsuri, namun masih dianggap sebagai koi jenis baru.
Selanjutnya koi secara aktif ditampilkan pada berbagai acara pameran dan secara bertahap melampaui ikan mas sebagai ikan hias di kolam musim semi. Orang-orang mencoba mengekspornya dan beberapa sampel koi dikirim keluar Jepang pertama kali ke ke San Francisco.
Sejarah koi di era Showa tidak lepas dari seorang yang bernama Shinnosuke Matsubara. Dia adalah Kepala Sekolah Pelatihan Pertanian dan Perdagangan Perikanan yang pertama kali mengimpor ikan karper kaca dari Jerman pada tahun 1904. Dari perkawinan antara ikan karper Jerman dan ikan koi lokal Jepang, menghasilkan koi tanpa sisik yang di kenal dengan doitsugoi.
Kichigorou Akiyama, pedagang koi di Tokyo kemudian mengawinkan Doitsugoi dengan Asagi dan menghasilkan Shusui.
Kemudian pada tahun 1927, pada era Showa 2, Jyukichi Hoshino dari Ouuchi-no-Jintarou di Takezawa menghasilkan Showa Sanshoku.
Showa Sanshoku generasi pertama , kualitas Sumi dan Hi belum sebagus seperti yang ada sekarang, sebab kala itu masih sebagai koi jenis baru.

Ada pula jenis “Ogon” yang juga semakin menambah aneka ragam koi pada jenis doitsu. Sawata Aoki di desa Takezawa pertama kali memproduksi Ogon pada tahun 1947. Kemudian dari hasil persilangan hampir semua jenis koi dengan koi doitsu, menghasilkan banyak jenis koi-koi baru.

Sumber : www.no1koi.com